Cerita dalam film ini diawali dengan kejadian yang sangat jarang dieskpos para movie maker lokal lain. Hal tersebut yakni kerusuhan Mei 1998 yang bikin siapa pun yang mengingatnya bakal begidik. Terutama keturunan Tionghoa yang paling merasakan dampaknya. Sang sutradara cukup berani menampilkan hal yang sebenarnya sensitif ini. They do the best thing!

banner-ads

Cerita kemudian berlanjut hingga akhirnya seorang Merry Riana harus pergi ke Singapura hanya berbekal sedikit uang dan juga tiket pesawat yang diperoleh sang ayah dengan usaha sangat keras. Sampai di Singapura Merry muda pun nggak tahu apa yang bakal ia lakukan. Tempat tinggal pun nggak ada. Untungnya keberuntungan-keberuntungan berhasil didapatkannya kala itu.

Hampir nggak diceritakan dengan jelas gimana akhirnya Merry berhasil mendapatkan sejuta dolar,  padahal ini lah yang ditunggu para penonton. Alih-alih menunjukkan hasil, skenarionya seolah bilang ‘nih modalnya dan silahkan berjuang buat dapetin sejuta dolar’. Meskipun begitu, Chelsea Islan sebagai Merry sukses menunjukkan jika perjuangan untuk mendapatkan hal tersebut emang nggak mudah.

Hal lain yang nampak janggal ialah sikap Merry yang seolah nggak terpengaruh sama sekali dengan cerita kelam yang membuatnya harus ngungsi ke negeri tetangga. Nggak cuma itu, ada pula beberapa hal yang bikin kesan ahistoris film ini sangat kental. Hal tersebut nggak lain adalah penggunaan berbagai properti yang harusnya nggak ada pada zamannya. Mulai dari teman Merry yang udah pakai iPhone hingga bangunan modern singapura yang harusnya masih belum berdiri.

Meskipun banyak hal yang nggak sesuai, tapi kamu masih bisa mengambil banyak pelajaran yang ingin disampaikan Merry asli lewat film ini. Film yang bagus, sayang banyak scene ahistoris di sana.