Angga Dwimas Sasongko mungkin bukan nama yang asing untuk lo pecinta film Indonesia. Memulai karirnya di usia muda, Angga udah nyiptain karya-karya yang nggak cuma menyentuh hati tapi juga mencerminkan dinamika kehidupan urban kontemporer Indonesia.banner-ads

Dari rangkaian film yang udah dia sutradarai, mulai dari 'Foto Kotak dan Jendela' tahun 2006 yang jadi debutnya di industri perfilman, hingga karya terbaru '13 Bom di Jakarta', Angga terus mengeksplorasi berbagai aspek sosial lewat kacamata uniknya. Sang sutradara papan atas ini dikenal dengan gaya auteur atau pengarangnya, di mana setiap filmnya dipandang sebagai cerminan personalitas dan pengalaman hidupnya.

Lewat makna filosofis-nya 'Filosofi Kopi' yang penuh hingga kisah heroik 'Wiro Sableng', Angga Dwimas Sasongko berhasil nyiptain karakter-karakter unik yang menjadi kunci dari plot cerita yang menarik. Berikut karakteristik unik dari 8 film garapan Angga Dwimas Sasongko.

1. Foto, Kotak, dan Jendela (2006)

Foto, Kotak, dan Jendela (2006) punya karakteristik unik sebagai film Angga Dwimas Sasongko SOURCE: The Movie Database

Informasi Umum

  • Tahun Rilis: 2006
  • Genre: Drama
  • Durasi: 90 menit
  • Bahasa: Bahasa Indonesia

Produksi dan Distribusi

  • Perusahaan Produksi: SinemArt Pictures, Spidol Hitam Productions
  • Tanggal Rilis: 5 Januari 2006 di Indonesia

Fakta Menarik

Film ini dirilis tanpa melalui proses sensor film dan terpilih dalam Jogja-Netpac Asian Film Festival 2006. Ini nunjukin keberanian dan keunikan dalam pendekatan Angga Dwimas Sasongko dalam menghadirkan karya-karyanya yang sering banget menyentuh aspek-aspek sosial melalui perspektif yang berbeda.

2. Jelangkung 3 (2007)

Jelangkung 3 (2007) punya karakteristik unik sebagai film Angga Dwimas SasongkoSOURCE: IMDb

Informasi Umum

  • Tahun Rilis: 2007
  • Genre: Horror
  • Bahasa: Bahasa Indonesia

Kru dan Pemain

  • Sutradara: Angga Dwimas Sasongko
  • Produser: Eko Kristianto, Erwin Arnada
  • Penulis Naskah: Gina S. Noer, Erwin Arnada
  • Editor: Cesa David Luckmansyah
  • Desain Suara: Khikmawan Santosa
  • Studio Produksi: PT Rexinema Multimedia Pratama
  • Pemain Utama: Andrew Ralph sebagai Yodi, Roxburgh Mitha sebagai Cris, Griselda Reza, Pahlevi sebagai Patra

Sinopsis dan Tema

"Jelangkung 3" mengikuti kisah Yodi yang bertekad untuk mengetahui apakah cerita tentang kutukan yang terkait dengan film horor "Jelangkung" itu benar. Dia ingin berkomunikasi dengan roh yang dikorbankan saat pembuatan film "Jelangkung" pertama beberapa tahun sebelumnya.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Series yang Diadaptasi dari Game



Film ini berdasarkan kisah nyata seorang penonton film yang mengalami kejadian supranatural setelah menonton Jelangkung. Yodi duduk di Baris C terkenal di bioskop, yang dikenal sebagai tempat duduk yang dipesan untuk roh film tersebut. Setelah menonton film, Yodi mulai mengalami aktivitas paranormal, namun teman-temannya sulit untuk percaya. Film ini bukanlah sekuel atau prekuel, melainkan horor yang dialami oleh penontonnya.

3. Hari untuk Amanda (2010)

Informasi Umum

  • Tahun Rilis: 2010
  • Genre: Drama
  • Durasi: 102 menit
  • Bahasa: Bahasa Indonesia

Kru dan Pemain

  • Penulis Skenario: Salman Aristo, Angga Dwimas Sasongko
  • Produser: Salman Aristo, Angga Dwimas Sasongko
  • Pemain Utama: Oka Antara, Fanny Fabriana, Reza Rahadian, Ratu Felisha, Dwi Sasono, Elyzia Mulachela, Verdi Solaiman, Ayu Diah Pasha
  • Sinematografi: Yadi Sugandi Musik: Aghi Narottama Bemby Gusti
  • Produksi: Visinema Pictures

Sinopsis dan Tema

Dalam film "Hari untuk Amanda" yang dirilis tahun 2010, kita diajak nyelamin tema hubungan masa lalu dan kenangan saat Hari (Oka Antara), mantan pacar Amanda (Fanny Fabriana), kembali memasuki kehidupannya. Momen-momen nostalgia mereka kembali muncul melalui derasnya SMS, miscall, dan memorabilia dari hari-hari kencan mereka. Amanda, yang sedang disibukkan dengan persiapan pernikahannya, menemukan dirinya dalam dilema ketika tunangannya, Dodi (Reza Rahadian), terlalu sibuk untuk membantu, sementara Hari memiliki banyak waktu dan menunjukkan perhatian yang tulus.

Film ini ngegambarin perjuangan Amanda dalam milih antara tunangannya dan mantan pacarnya, menyoroti tema pengambilan keputusan dalam hubungan. Selain itu, "Hari untuk Amanda" juga mendapatkan pengakuan di Festival Film Indonesia 2010 dengan mendapatkan 8 nominasi yang meliputi Sutradara Terbaik, Aktor Utama Terbaik, Aktris Utama Terbaik, Skenario Asli Terbaik, Penyuntingan Terbaik, Tata Artistik Terbaik, Desain Suara Terbaik, dan Skor Musik Terbaik.

Selain mengangkat tema hubungan, film ini juga menceritakan tentang Amanda yang mengidap penyakit langka, mengeksplorasi tema cinta, persahabatan, dan keteguhan hati waktu ngadepin kesulitan.

4. Filosofi Kopi (2015)

Informasi Umum

  • Tanggal Rilis: 9 April 2015
  • Genre: Drama
  • Durasi: 117 menit
  • Bahasa: Bahasa Indonesia

Kru dan Pemain

  • Sutradara: Angga Dwimas Sasongko
  • Produser: Angga Dwimas Sasongko, Glenn Fredly
  • Penulis Naskah: Dewi 'Dee' Lestari
  • Komposer Musik: Glenn Fredly
  • Sinematografi: Ical Tanjung
  • Editor: Wawan I. Wibowo
  • Pemain Utama: Chicco Jerikho sebagai Ben, Rio Dewanto sebagai Jody

Sinopsis dan Tema

Film "Filosofi Kopi" nyeritain kisah Ben dan Jody yang berpetualang untuk menyeduh kopi sempurna. Berdasarkan cerita pendek oleh Dewi 'Dee' Lestari, film ini mengeksplorasi filosofi di balik secangkir kopi dan bagaimana hal itu mengubah kehidupan karakter-karakternya.

Produksi dan Distribusi

  • Biaya Produksi: Rp 10 miliar (termasuk promosi)
  • Perusahaan Produksi: Visinema Pictures
  • Distribusi: Di Indonesia dan diputar di berbagai festival film internasional seperti Bucheon International Fantastic Film Festival 2015 di Bucheon, Korea Selatan; Silk Road Film Festival 2015 di Fuzhou, China; World Premieres Film Festival di Manila, Filipina; Cinema Asia di Belanda; dan Taiwan.

Inovasi dalam Produksi

Film ini merupakan film pertama di Indonesia yang dihasilkan oleh pengguna, dengan lebih dari 5.000 orang berpartisipasi dalam diskusi tentang konsep visual, desain toko kopi, logo, kendaraan, dan lain-lain melalui sebuah aplikasi. Glenn Fredly, selaku co-produser dan direktur musik, mengubah aplikasi ini menjadi pencarian bakat untuk soundtrack film. Svarna, band beranggotakan empat orang, terpilih dari sekitar 100 penyanyi dan musisi yang membagikan penampilan mereka melalui aplikasi.

Antusiasme Penggemar

Film ini berhasil menarik 229,680 penonton dalam 12 hari rilisnya di Indonesia dan menjadi film dengan pendapatan tertinggi keempat pada saat itu. Keberhasilan film ini juga berkontribusi pada kesuksesan Filosofi Kopi Coffee Shop di Melawai, Jakarta Selatan, meningkatkan kesadaran merek dan menarik lebih banyak pelanggan.

Rekomendasi Pengamat Film dari Kesuksesan Filosofi Kopi

Sebuah studi menemukan bahwa brand knowledge yang terbentuk pada penonton film Filosofi Kopi lebih unggul dalam brand awareness dibandingkan dengan brand image. Filosofi Kopi memanfaatkan brand awareness-nya untuk bikin konten baru di media sosial, ngadain workshop, memperkaya karakter perusahaan, dan nerapin rencana pemasaran secara menyeluruh untuk maksimalin potensinya mencapai pasar yang lebih luas.

5. Surat dari Praha (2016)



Informasi Umum

  • Genre: Drama Romantis
  • Bahasa: Bahasa Indonesia
  • Tanggal Rilis di Bioskop Indonesia: 28 Januari 2016

Sinopsis dan Tema

Surat dari Praha ngajak kita nyelamin kisah Jaya, seorang mahasiswa di Praha yang nggak bisa balik lagi ke Indonesia karena perbedaan ideologi sama rezim Orde Baru, dan Larasati, putri mantan istri Jaya, yang datang ke Praha untuk nganterin paket dan surat dari Sulastri untuk Jaya. Film ini ngeksplor tema politik, terinspirasi oleh minat Angga sama sejarah dan politik, ngegunain politik sebagai latar belakang yang kuat untuk cerita romantis yang ngegabungin perjalanan nemuin diri dan janji-janji yang nggak terpenuhi.

Gaya Naratif dan Pengaruh Musik

Gaya naratif film ini ngegabungin drama, sejarah, dan politik, khususnya iklim politik Indonesia tahun 1965. Musik punya peran penting dalam penceritaan, menambah kedalaman emosional pada narasi.

Dampak Personal dan Sosial

Film ini lebih fokus sama dampak peristiwa sejarah terhadap individu daripada cuma nonjolin tokoh-tokoh sejarah utama. Ini keliatan dari ratusan surat yang Jaya tulis untuk Sulastri yang ditemuin Larasati, ngebantuin mahamin masa lalu ibunya dan cinta yang nggak tergoyahkan Jaya terhadap ibunya.

Kontroversi dan Pengakuan

Surat dari Praha dipilih ngewakilin Indonesia dalam kategori Film Berbahasa Asing Terbaik di Academy Awards, dipilih dari empat film yang dinilai oleh komite seleksi yang terdiri dari 13 profesional film. Film ini ngehadepin kontroversi waktu dituduh ngelakuin plagiarisme, dengan penulis Yusri Fajar ngeklaim film tersebut ngambil cerita dari cerpen tahun 2012-nya yang berjudul sama.

Koneksi Historis

Film ini terinspirasi dari kisah nyata mahasiswa Indonesia di luar negeri yang nggak bisa balik lagi ke tanah air setelah Gerakan 30 September tahun 1965. Kisah ini diikutin lewat karakter Larasati, yang diperanin oleh Julie Estelle, yang ditugasin untuk nganterin kotak dan surat kepada Jaya di Praha. Larasati dibesarin dalam lingkungan keluarga yang nggak harmonis, dan hubungannya dengan ibunya, Sulastri (diperankan oleh Widyawati), nggak pernah bener-bener baik. Jaya adalah mantan tunangan ibu Larasati yang gagal menuhin janjinya untuk balik bertahun-tahun yang lalu karena perubahan situasi politik.

6. Love for Sale (2018)

Love for Sale (2018) punya karakteristik unik sebagai film Angga Dwimas SasongkoSOURCE: Fendihidayat

Informasi Umum

  • Tahun Rilis: 2018
  • Genre: Drama
  • Ketersediaan: Tersedia di Netflix

Sinopsis dan Karakter

"Love for Sale" ngikutin kisah Richard, yang diperanin oleh Gading Marten, pemilik toko percetakan yang pelit, cerewet, dan kesepian. Dalam usaha untuk ngebuktiin kalo dia nggak kesepian, Richard menyewa seorang teman dari Love Inc. dan bertemu dengan Arini (Della Dartyan).

Film ini dipuji karena alur cerita yang unik, pengembangan karakter, dan chemistry antara Richard dan Arini. Gading Marten menangin Penghargaan Citra pada tahun 2018 untuk perannya sebagai Richard, dan Della Dartyan nggak bisa diremehin sebagai Arini ngebawa pesona misterius tapi ekspresif ke dalam film.

Pujian dan Kritik

Film ini mendapatkan pujian untuk sinematografinya, lewat sudut-sudut baru yang bikin penonton tetap terlibat. Taou, film ini juga punya kekurangan, kayak kurangnya kejelasan latar belakang si Arini. Ulasan soal film ini bercampur, dengan beberapa kritikus memuji ide aslinya, sinematografi, dan akting, sementara yang lain mengkritik naskah dan eksekusi dramanya.

Tema dan Dampak Sosial

Film ini punya tema yang relevan sama masyarakat Indonesia, kayak pernikahan dan masalah-masalah problematik yang menyertainya. Ini nunjukin gimana individu di masyarakat modern berjuang sama konsep kesepian dan hubungan interpersonal.

Sekuel

Film ini juga punya sekuel, "Love for Sale 2", yang juga tersedia di Netflix sekarang.

7. Mencuri Raden Saleh (2022)

Mencuri Raden Saleh (2022) punya karakteristik unik sebagai film Angga Dwimas SasongkoSOURCE: Instagram

Informasi Umum

  • Tahun Rilis: 2022 di Indonesia dan Malaysia
  • Genre: Heist, Drama
  • Ketersediaan: Tersedia di Netflix

Sinopsis dan Tema

Mencuri Raden Saleh ngisahin tentang pencurian lukisan "Penangkapan Pangeran Diponegoro" oleh Raden Saleh, pelukis terkemuka Indonesia. Cerita berfokus sama Piko, seorang pemalsu seni terkenal, yang mimpin sekelompok pemuda untuk ngambil lagi lukisan legendaris dari mantan wakil presiden yang korup, Permadi.

Film ini ngeksplor tema kolonialisme, perlawanan, dan pengkhianatan melalui visual yang kaya. Gaya dan Inovasi Mencuri Raden Saleh menonjol sebagai film pertama di industri film Indonesia yang ngeksplor genre heist, nawarin approaching yang fresh dan penuh tantangan dalam narasi.

Lokasi syuting yang meliputi Kota Tua, Istana Bogor, dan Rumah Raden Saleh menambah kedalaman autentik pada pengaturan dan suasana film. Pemain dan Produksi Dibintangi oleh Iqbaal Ramadhan sebagai Piko, Umay Shahab sebagai TukTuk, dan Angga Yunanda sebagai Ucup, film ini nampilin kinerja yang kuat dari para pemerannya.

Diproduksi oleh Visinema, Jagartha, Astro Shaw, dan blibli.com, Mencuri Raden Saleh nunjukin kolaborasi yang kuat dalam produksi.

Penerimaan dan Pengaruh

Film ini udah nerima review positif, dengan kritikus memuji sinematografi, character development, dan alur cerita yang menarik. Keberhasilan Angga Dwimas Sasongko dalam film ini' ngedorong dia untuk terus bikin film yang menantang dan ber-impact, kayak yang diakui dia di Festival Film Indonesia (FFI) 2022 di Jakarta.

Dampak Film Ini Secara Luas

Mencuri Raden Saleh nggak cuma berhasil sebagai karya hiburan tapi juga sebagai medium yang ngajak penonton untuk ngerenuningin sejarah dan identitas nasional Indonesia. Ini nunjukin gimana film bisa jadi alat yang efektif untuk pengetahuan dan refleksi sosial.

8. 13 Bom di Jakarta (2023)

Informasi Umum

  • Tahun Rilis: 2023
  • Genre: Aksi
  • Ketersediaan: Tersedia di Netflix
Lewat "13 Bom di Jakarta," Angga D Sasongko punya pengalaman sinematik yang mendebarkan. Film ini, yang dirilis pada tanggal 28 Desember 2023 di bioskop Indonesia, mengisahkan tentang teror di Jakarta dengan 13 bom yang ditanam oleh sekelompok teroris. Mereka nuntut tebusan dalam bentuk Bitcoin untuk menghentikan ledakan tersebut.

Dengan durasi 143 menit, film ini diproduksi oleh Taufan Adryan dan ditulis oleh Angga Dwimas Sasongko bersama M. Irfan Ramli. Anggaran produksi mencapai kira-kira Rp75 miliar, nunjukin skala dan ambisi proyek ini. "13 Bom di Jakarta" nggak cuma menarik perhatian karena jalan ceritanya yang penuh ketegangan, tapi juga karena pemeran yang berisi bintang film ternama seperti Chicco Kurniawan, Ardhito Pramono, Lutesha, dan Rio Dewanto.

Film ini juga menyentuh isu sosial seperti ketimpangan ekonomi dan pinjaman perumahan yang ngerugiin, bikin relevan dan resonan sama isu-isu saat ini di masyarakat. Keunggulan film ini nggak cuma terletak sama ceritanya yang kuat, tapi juga pada urutan aksi, efek visual, dan skor musik yang memukau, semua dapet pujian tinggi.

Setelah penayangannya, "13 Bom di Jakarta" dijadwalin untuk dipresentasiin di Festival Film Internasional Rotterdam (IFFR) pada Januari 2024, nandain pengakuan internasional dan potensi film ini untuk menarik audiens global. Dengan latar belakang serangan teror tragis di Indonesia pada tahun 2016, film ini nggak cuma ngehibur tapi juga ngingetin sama dampak nyata dari terorisme.

Fakta Unik Angga Dwimas Sasongko

Perjalanan kreatif Angga Dwimas Sasongko dalam industri film Indonesia mencerminkan sebuah komitmen untuk ngegali cerita-cerita yang nggak cuma ngehibur tapi juga ngeedukasi dan nyentuh aspek kehidupan yang mendalam.

Dari debatnya yang penuh semangat melalui 'Foto, Kotak dan Jendela' hingga pencapaian terkini dalam 13 Bom di Jakarta', Angga berhasil nunjukin keunikan pandangan dan pendekatan dalam setiap karyanya. Karya-karyanya yang merangkul dinamika sosial, budaya, dan politik Indonesia, dengan cerdas menggabungkan unsur seni, sejarah, dan isu kekinian, mengundang refleksi dan apresiasi dari penonton serta dunia perfilman.

Kita bisa dapet gambaran soal gimana Angga nggak cuma nyiptain hiburan tapi juga kanvas untuk dialog sosial dan kultural yang lebih luas. Dampak signifikan film-filmnya terhadap penonton dan para pemangku kepentingan industri negasin pentingnya sinema sebagai bentuk ekspresi dan sumber pengetahuan.

Berikut beberapa fakta unik tentang sutradara terkenal dari Indonesia ini yang udah ngasih kontribusi besar pada industri film Indonesia:
  1. Multitalenta di Industri Kreatif: Angga nggak cuma seorang sutradara tapi juga seorang penulis skenario, produser, dan kadang-kadang bertindak sebagai penata musik dalam beberapa proyeknya. Keterlibatan multifaset ini menunjukkan kecintaannya yang gede sama seni sinematografi dan keinginannya untuk menyajikan cerita yang penuh nuansa​.
  2. Pendiri Visinema Pictures: Angga adalah salah satu pendiri Visinema Pictures, rumah produksi yang udah ngelahirin banyak film populer di Indonesia.
Angga Dwimas Sasongko adalah Pendiri Visinema PicturesSOURCE: Visinema
  1. Debut Sutradara pada Usia Muda: Angga memulai debutnya sebagai sutradara pada usia yang sangat muda, yaitu 21 tahun, dengan film "Foto, Kotak Jendela" pada tahun 2006. Ini menunjukkan bakatnya yang luar biasa dan keberanian dalam mengambil risiko di industri film​.
  2. Penghargaan dan Nominasi: Sepanjang karirnya, Angga udah nerima berbagai penghargaan dan nominasi. Misalnya, film "Filosofi Kopi" berhasil mendapat beberapa nominasi di Festival Film Indonesia, dan "Surat dari Praha" menjadi perwakilan Indonesia di Academy Awards (Oscar) untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik.
  3. Inovasi dalam Tema Film: Angga sering milih untuk ngegarap tema-tema yang belum banyak tersentuh sama sutradara Indonesia lainnya, kayak heist movie dalam "Mencuri Raden Saleh" dan aksi superhero lokal dalam "Wiro Sableng". Pendekatan ini nunjukin komitmennya sama inovasi dan eksplorasi genre yang berbeda dalam sinema Indonesia​.
  4. Kolaborasi dengan Musisi: Dalam beberapa filmnya, Angga bekerja sama dengan musisi ternama, seperti Glenn Fredly di "Surat dari Praha", untuk menghasilkan skor musik yang mendalam dan memperkuat narasi film. Ini menunjukkan pentingnya musik dalam menghadirkan emosi dan suasana dalam karyanya​.
Angga Dwimas Sasongko kolaborasi dengan musisiSOURCE: Instagram
  1. Komitmennya Terhadap Isu Sosial: Angga seringkali mengangkat isu sosial dalam film-filmnya. Misalnya, "Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini" menggali dinamika keluarga dan masalah sosial yang sering terpendam. Hal ini menunjukkan kepekaan dan keinginan Angga untuk membahas isu-isu yang relevan dengan masyarakat​.

Di akhir, Angga Dwimas Sasongko tetap sebagai figur inspiratif yang ngebawa genre film Indonesia ke arah yang lebih beragam dan kaya makna, sambil nyaranin adanya ruang untuk eksplorasi lebih jauh, baik dalam narasi maupun teknik pembuatan film.