Naskahnya sendiri bakal dipercayakan kepada penulis kawakan, John De Rantau. Hal yang sangat jarang bagi John menuliskan naskah untuk film orang lain, tapi untuk karya besutan rumah produksi Multi Buana Kreasindo ini, ia menyanggupinya. “Saya jarang sekali menulis skenario untuk orang lain. Tapi untuk film ini, saya mau,” ungkapnya.
Jarang membuat film, siapa yang menyangka jika John dilanda kejenuhan. Hal tersebut terjadi lantaran kebanyakan film di Indonesia sangat seragam dan bisa ditebak akhirnya. “Saya sudah di titik kebosanan membuat film. Sudah 3 tahun, karena film-filmnya itu-itu saja, mudah ditebak. Tapi film ini bukanlah pengulangan tema seperti Denias atau Laskar Pelangi. Melainkan inspirasi orang miskin yang pantas untuk meningkatkan derajat keluarganya,” imbuh John.
Mars sendiri bercerita tentang perjuangan seorang seorang ibu bernama Tupon yang harus berjuang menghidupi anak semata wayangnya, Sekar. Keluarga ini tinggal di daerah Gunung Kidul yang merupakan salah satu tempat dengan rata-rata tingkat kemiskinan tertinggi.
Tapi, hal tersebut nggak menghalangi Tupon untuk menanamkan semangat belajar tak kenal lelah kepada Sekar. Berkat usaha keras sang ibu, akhirnya putri tunggalnya ini berhasil meraih gelar master di Oxford University, Inggris.