Sukses Go Jek yang tiba-tiba melejit tahun ini, tentu banyk yang bisa menjadi inspirasi buat para pengembang layanan lainnya. Walaupun sebelumnya sudah ada layanan ‘ojek eksklusif’ tetapi perkembangannya tidak secepat dan se-booming Go Jek.

banner-ads

Sekitar 2006, ketika Go Jek baru diperkenalkan, saat itu masih dengan sistem order by SMS dan hanya beberapa lokasi pangkalan ojek di daerah perkantoran. Itu pun setiap pangkalan, ada satu koordinator yang menghubungkan konsumen dengan pengojek, dan mengatur para pengojek yang mau mengambil order.

Kini setelah aplikasi dikembangkan, setiap ojek sudah bisa mengatur ritmenya sendiri, mau ambil order atau nggak, tinggal klik di handphone-nya.

Tentunya, saat itu nggak terbayangkan kalau Go Jek ternyata jadi pilihan banyak pengguna ojek sekarang ini. Sebelum ada Go Jek beberapa ojek eksklusif sebenarnya juga sudah ada, namun tidak bisa berkembang seperti Go Jek. Nadiem Makarim, sang pemiliki aplikasi, yang sejak awal mengusung nilai sosial untuk membantu meningkatkan kesejahteraan para pengojek di Jakarta dan membantu menghubungkan pengojek dengan konsumennya. Awal 2015, ojek yang tergabung dalam Go Jek masih berjumlah ribuan. Tetapi pada pertengahan hingga sekarang, jumlahnya melesat hingga mencapai 10.000 ojek.

"Dengan aplikasi, ojek dan pengguna ojek terhubung dengan mudah dan cepat. Pengguna ojek merasa lebih aman dan mudah karena mengetahui identitas ojek yang akan menjemputnya. Pengojek bisa mengetahui pendapatan yang akan dia peroleh ketika mengambil order. Jadi sama-sama diuntungkan," terang Nadiem Makarim yang juga melatih para ojek untuk memberikan layanan baik dan sopan pada pelanggannya.

Soal skema bagi hasil Go Jek memberlakukan 80 persen untuk ojek dan 20 persen untuk Go Jek dengan memberikan bonus pada penumpang berupa masker dan penutup rambut. "Buat pengojek kita memberikan jaket, helm, handphone android, dan identitas. Identitas ini tidak hanya berisi identitas pengendaranya, tetapi juga tanda telah mengikuti pelatihan berkendara yang aman," tambahnya. Hal ini untuk memberikan keamanan buat pengguna.

Karyawan pun banyak yang ingin menambah penghasilan banyak yang turut gabung G-Jek. "Lumayan, dengan jarak dari kantor di Harmoni, ke rumah di Bintaro sekitar 30 km. Setiap mau berangkat, saya nyalakan aplikasi Go-Jek, sambil ke kantor saya membawa penumpang yang searah dengan perjalanan kantor. Begitu juga pulangnya. Dari situ, saya bisa dapat tambahan minimal Rp 150 ribu sehari," ujarnya.

Ketertarikan pengojek tentu bukan hanya dari tambahan pendapatan yang diperoleh, sisi safety, kelengkapan, keamanan juga menjadi daya tarik, baik buat ojek maupun penumpangnya.
Doni, salah satu pengguna layanan Go-Jek, hampir setiap hari. "Cepet responsnya, ojeknya sopan, aman, dan tentu harga yang pasti, sudah bisa dihitung sebelum ojeknya datang," akunya puas.

Dari sisi berkendara, Go-Jek juga memberikan pelatihan aman berkendara buat semua pengojeknya. Rifat Sungkar dapat tugas membekali tukang ojek dengan cara berkendara yang benar. "Dalam sehari-rata-rata 100 ojek, harus belajar aman berkendara, safety riding dan devensife riding. Ini tentu sangat penting, karena mereka setiap hari harus bergelut di jalan dan bertanggung jawab pada keselamatan penumpangnya. Ini salah satu kelebihan Go Jek, tidak melepas tanggung jawab, dengan asal memilih ojek," salut Rifat. Makin aman dan nyaman naik Go Jek.