ICEperience.id tidak henti-hentinya mendukung perkembangan industri musik EDM di Indonesia. Tahun ini, mereka pun kembali menggelar International Clubbing Experience (ICE).

ICE 2019 bakal lebih keren dengan hadirnya program Electronic Music Producer Contest (EMPC). Program ini merupakan ajang adu kemampuan bagi para produser musik elektronik baik amatir maupun profesional untuk bersaing menjadi yang terbaik. Pemenang dari EMPC akan mendapatkan kesempatan berkolaborasi dengan Sean Miyashiro, founder dari 88 Rising.

Yup, 88 Rising merupakan label dunia yang sukses dengan penyanyi bertaraf internasional seperti Rich Brian, NIKI, Joji, dan Higher
Brothers. 

“Sehingga diharapkan bisa menjadi motivasi untuk produser musik Indonesia supaya bisa berkiprah di panggung Internasional. Di sisi lain, kolaborasi dengan Sean Miyashiro dari 88 Rising dipastikan akan meningkatkan popularitas, kualitas dan kapasitas bermusik dari pemenang EMPC nantinya.” ucap ujar perwakilan ICEperience.id, Diopsaputra, dalam konferensi pers di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, baru-baru ini.

Dalam konferensi pers itu, panitia pelaksana EMPC, DJ Miko dan DJ Osvaldo Nugroho, menuturkan bahwa ICE 2019 diselenggarakan untuk menginspirasi dan meningkatkan kemampuan para produser musik amatir dan profesional agar bisa melahirkan karya-karya yang mendunia.

Untuk itu, EMPC bekerjasama dengan line-up juri yang terdiri dari Winky Wiryawan, Riri Mestica, DJ Sumantri, Eka Gustiwana, DJ Haji, Fajar Juliawan, Lawrence Philip (SAE Institute Jakarta), dan Sean Miyashiro. Pendaftaran untuk EMPC dibuka secara nasional mulai 15 Mei 2019 via online.

"Teman-teman juri semuanya orang-orang serius, pasti kita bisa membedakan mana yang layak dan enggak. Apalagi, ini disandingkan dengan 88 Rising. Ya, kita pasti memberikan yang terbaik, enggak mungkin juga berdasarkan faktor followers. Kita benar-benar nyari yang punya musical journey atau taste musiknya yang memang bagus, skillfull-lah," kata Winky.

ICE 2019 juga menyasar para DJ lewat DJ Battle di Jakarta dan Bandung. DJ Akhda selaku pelaksana program DJ Battle Jakarta menjelaskan, kompetisi ini bertujuan untuk mencari sosok DJ yang andal memainkan musik dan piawai di berbagai genre.

“Seseorang baru bisa disebut disc jockey bukan karena bisa meracik musik saja, tapi juga memahami seluk-beluk dan perkembangan electronic music hingga sub-genre-nya,” jelas Akhda.



“Nantinya, pemenang akan mendapat hadiah berupa kesempatan bermain di beberapa negara Asia dengan harapan pemenang DJ Battle mendapat pengalaman dan jaringan yang luas untuk melanjutkan karier bermusiknya,” lanjutnya.

Winky punya saran untuk memenangkan DJ Battle. Dia bilang, kamu harus memiliki skill bermain musik, apapun instrumen musiknya.

"Kalau kita punya basic itu, paling tidak kita sudah punya wacana dan bekalnya untuk bikin musik original yang bagus tuh seperti apa. Kita juga jadi lebih enak menilainya karena kita sudah tahu, nih, tapi ternyata, sama dia dibuat beda musiknya dan yang menarik itu adalah orang yang punya skillfull di musik," terang Winky.



"Kalau sebelumnya 'kan nge-remix, semua DJ bisa. Tapi 'kan, ini original dan ini bukan all about DJ, tapi all about composer, tentang semuanya, musisi yang ada di electronic music," sambungnya.

Begitu juga dengan workshop bagi para pelaku dan penikmat musik elekronik yang juga diselenggarakan di Jakarta dan Bandung. Workshop ini bertujuan memberikan wawasan serta pelatihan mengenai nilai-nilai fundamental dan keahlian yang diperlukan untuk menjadi seorang DJ, Produser, Media Digital, dan lainnya.

Adapula program bagi penikmat musik elektronik, yakni beberapa party event di sepanjang tahun 2019 dengan konsep yang membuat partygoers mendapatkan pengalaman yang berbeda dari sisi bonding, indentity, dan engagement.

‘KinetICE’, misalnya, yang akan diselenggarakan di Jakarta pada Oktober mendatang. Sesuai namanya, party ini mengusung konsep yang unik dengan menggabungkan teknologi, orkestra, choir, DJ, dan lainnya.

"Kita 'kan selalu mencari inovasi tiap tahun yang unik. Bayangin saja, musiknya EDM, terus ada orkestra. 'Kan biasa teman-teman DJ pakai musiknya sampling, seluruh instrumennya digital. Nah, ini 'kan bakal asli atau live, jadi kolaborasi antara human dan electronic music," jelas Winky.

Lalu, apakah partygoers akan menyukai konsep yang satu ini?

"Menurut gue, akan sangat seru karena musik klasik 'kan bisa dibilang kayak, orang yang suka klasik enggak mungkin suka dance music, tapi sebalikny,a kita yang suka dance music pas kecil dengerin musik klasik," tutup Winky.

Nah, sudah siapkah kamu untuk berpesta di ICE 2019?

banner-ads