Merdeka.com --- Penemuan-penemuan di dunia biasanya dilandasi oleh keingintahuan ilmiah, uang, hingga pengakuan dari banyak orang. Tetapi hal berbeda terjadi pada Alexander Graham Bell, sang penemu telepon, karena ternyata dia membuat telepon sebagai bukti cinta pada wanita menjadi istrinya.

banner-ads

Ketertarikan yang mendalam terhadap ilmu bahasa dan suara pada Bell muda terjadi akibat inspirasi dari sang ibu yang dikenal mengalami ketulian. Meskipun tuli, ibu dari Bell mampu mengajari ketiga anaknya termasuk Bell hingga berusia 10 tahun.

Antusiasme pada ketulian yang meningkat membuat Bell terdorong menjadi guru untuk orang-orang tuli di negara bagian Massachusetts, Amerika Serikat, sambil melakukan penelitian menggunakan sebuah mesin telegram yang mampu mengirimkan beberapa pesan secara bersamaan.

Penelitiannya semakin berkembang setelah Bell bertemu dengan Mabel Hubbard yang kelak menjadi istrinya. Mabel yang berumur lebih muda 10 tahun dari Bell adalah seorang yang tuli, tetapi dia bisa mengerti percakapan melalui pembacaan bibir.

Berawal dari fakta tersebut, Bell mencoba sebuah alat baru bernama phonautograph yang mampu menerjemahkan suara dalam bentuk tulisan pada kaca. Phonautograph dapat menggambarkan bentuk dari gelombang suara lewat alat mirip pulpen yang mampu menganalisis getaran. Dengan begitu murid-muridnya yang tuli, termasuk Mabel, bisa mengecek kembali perkataan mereka agar bisa berbicara lebih baik.

Pada tahun 1985 atau setahun setelah penelitian phonautograph, Bell dan asistennya, Thomas Watson, secara tak sengaja berhasil menemukan telegraf berbasis suara yang menjadi cikal bakal telepon saat ini lewat pengurangan kawat vibrator dari telegrafnya.

Bell akhirnya berhasil menuntaskan pembuatan telepon pertama setelah menikah dengan Mabel yang pada waktu itu berusia 18 tahun.

Bell lantas menulis surat yang ditujukan untuk istrinya yang isinya menyatakan jika telepon ciptaannya merupakan hasil gabungan dari perasaan dan keingintahuannya pada Mabel. Telepon tersebut juga menjadi harapan Bell untuk mendapatkan uang sebagai bekal untuk menempuh kehidupan rumah tangga yang lebih baik.

Memang pada akhirnya Bell bisa menjadi penemu yang sangat kaya berkat telepon ciptaannya. Tetapi dibalik itu semua, dia harus berusaha mengalahkan 600 tuntutan yang dialamatkan pada hak patennya, seperti saat pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, pertama kali mengkomersilkan jejaring sosial buatannya itu.