Merdeka.com --- Kondisi perekonomian Indonesia dihantui pelemahan rupiah yang hampir tembus Rp 12.000 per USD, disertai terus melebarnya defisit akun neraca berjalan. Untuk mengantisipasi ini, pemerintah hanya membentengi dengan kebijakan moneter, tanpa ada perbaikan di sektor ril.

banner-ads

Kepala Ekonom Bank Mandiri Destri Damayanti mengatakan jika kondisi seperti ini terus berlanjut bukan mustahil Indonesia akan turun menjadi negara pendapatan rendah. Buat memperbaiki neraca akun berjalan dan nilai tukar rupiah, pemerintah mau tak mau harus memperbaiki struktur sektor ril.

"Sekarang kita bukan stuck di middle income trap lagi tapi mungkin bisa kembali ke negara pendapatan rendah, di bawah USD 3.000 karena nilai tukar dan defisit neraca berjalan," kata Destri di Jakarta, Kamis (5/12).

Menurut Destri, untuk menyelesaikan defisit neraca dan pelemahan rupiah pemerintah harus merombak struktural masalah sektor ril. Memperbaiki gejolak ekonomi tidak ampuh dengan hanya menaikkan suku bunga acuan. Bahkan kenaikan suku bunga akan mengancam perbankan Indonesia.

"Kita tahu masalah ini adalah masalah struktural. BI bisa menaikkan suku bunga agar rupiah menarik dan banyak investasi. Tapi ini mau sampai kapan kita bisa begitu," tegasnya.

Destri melihat, kondisi perekonomian sekarang juga mengancam perbankan yang disebut liquidity trap. Walaupun Dana Pihak Ketiga (DPK), kredit, dan kredit macet normal, namun ada ancama likuiditas yang selalu mendekat.

"Jebakan likuiditas yang harus dijaga. Ketidakpastian global masih cukup tinggi dan isu tappering off. Bank harus berusaha prudent. Caranya tergantung inflow ke depan. Jika tidak berhati hati, sektor yang perlu perhatian ke depan monter, jika sektor ril tidak ada perbaikan," tutupnya.