Merdeka.com - Maskapai penerbangan Malaysia Airlines mengumumkan bahwa pesawat dengan penerbangan MH370 rute Kuala Lumpur-Beijing hilang kontak dengan menara pemandu lalu lintas udara (ATC) Subang, Malaysia.

Pesawat itu berjenis Boeing B777-200 terbang dari Kuala Lumpur pukul 00.41 WIB dan dijadwalkan tiba di Beijing pukul 6.30 pagi, Sabtu (08/03) tersebut mendadak hilang kontak dengan ATC pada hari yang sama pukul 02.40 dini hari waktu Malaysia.

Tentu saja, dengan hilangnya pesawat yang membawa 239 penumpang termasuk beberapa orang berkewarganegaraan Indonesia ini, membuat banyak spekulasi dan beraneka kabar mencuat, seperti yang ramai dibicarakan adalah pesawat tersebut mendarat di Nanming, China, namun dibantah karena tidak ada bukti bahwa pesawat itu telah mendarat.

Mencoba membahas lebih ke masalah teknisnya, setiap pesawat terbang selalu dilengkapi dengan sebuah perangkat elektronik yang dinamakan transponder.

Transponder ini berfungsi sebagai alat komunikasi satelit yang dapat memancarkan sinyal atau juga menerimanya melalui antena di terminal pengawas (di bandara) atau juga di dalam pesawat itu sendiri.

Setiap kali sebuah pesawat terbang take off atau terbang, pilot selalu mengaktifkan transponder tersebut agar dapat dideteksi baik oleh Terminal Radar Control (TRACON) atau juga Air Route Traffic Control Center (ARTCC).

Ketika transponder di dalam suatu pesawat aktif, maka sinyal radio yang dipancarkannya akan di-encoded dan akan dideteksi oleh radar penerima yang nantinya muncul di layar dalam bentuk mirip seperti bulatan yang menyala aktif.

Walaupun dirasa penting, namun ada kalanya transponder ini dinonaktifkan oleh pilot dengan tujuan tertentu, seperti contohnya kejadian pada waktu ditabraknya gedung kembar WTC beberapa tahun lalu.

Dengan menonaktifkan transponder, maka pesawat tidak dapat tertangkap radar secara jelas atau menghindari pantauan menara pengawas. 

Dalam kasus hilangnya Malaysia Airlines ini, ada beragam argumen yang muncul yang salah satunya adalah terkait masalah aktif atau tidaknya transponder tersebut.

Namun apabila memang ketika itu transponder tidak aktif, setidaknya pesawat masih dapat dideteksi oleh menara pengawas dengan cara mengubah cara pantauan ke mode lama yaitu melacak sinyal pesawat dari material logam yang dimiliki oleh armada udara tersebut.

Hal itu juga dilakukan oleh banyak menara pengawas udara khususnya pihak militer dalam mendeteksi keberadaan pesawat lain yang masuk ke dalam wilayah suatu negara atau tempat.

Kembali ke masalah hilangnya Malaysia Airlines itu, belum diketahui pasti apa yang menyebabkan pesawat tersebut tiba-tiba hilang kontak dan tidak terdeteksi. Apakah karena masalah mesin, cuaca atau dikarenakan human-error? 

Pastinya, saat ini ada berita terbaru mengatakan bahwa tim SAR dari Vietnam secara resmi telah mengumumkan bahwa mereka berhasil menemukan sinyal dari pesawat tersebut di sekitar provinsi Ca Mau.

banner-ads

AP_malaysia_jef_140307_16x9_992