Talkmen.com --- Sweater dapat bersubstitusi sebagai pelengkap tampilan formal selain blazer. Padukan dengan warna-warna pastel favorit, sweater dapat menjadi penegas tampilan Anda.

banner-ads

Namanya sweater, menurut orang Amerika. Di Inggris disebut pullover. Lain lagi dengan orang Australia yang menyebutnya jumper. Jika memiliki bukaan pada bagian depan, mode memahaminya sebagai kardigan. Atasan rajut ini sudah melanglang dalam jagat fashion pria dan wanita sejak abad ke-19. Yang memperkenalkannya pertama kali adalah para atlet di Amerika Serikat. Mereka beranggapan, dengan mengenakan sweater saat berolahraga dapat merangsang produktivitas keringat lebih banyak lagi sehingga aktivitas fisik menjadi lebih maksimal. Pemanas tubuh gamblangnya. Lalu sweater menjalar pada kehidupan para pelaut yang berlabuh di kepulauan Jersey, pemain tenis, sampai atlet sepeda.

Sejak tahun 1930 hingga sekarang, pemakaian sweater semakin lumrah terutama disaat cuaca mulai tidak bersahabat dan membuat tubuh kian rentan terhadap penyakit musiman. Di setiap negara dengan beragam musim, sweater dapat digunakan sebagai penghangat tubuh sekaligus pelengkap gaya berbusana. Lihat saja bagaimana para kreator mode mengikutsertakan jenis pakaian ini sebagai kebutuhan primer setiap koleksinya.

Sebut saja Burberry Prorsum, label yang terkenal dengan produk trench coat dan kental bernuansa London ini menghadirkan koleksi sweater berbahan wol dengan kerah semi V. Namun ada siluet monogram besar yang memperkuat maskulinitas lini pakaian hangatnya kali ini. Lain lagi dengan Dsquared² yang seolah mengajak kembali pada masa kuliah dengan desain sweater bergaya jersey yang terlihat hangat dan dinamis. Koleksinya kali ini memang condong kepada gaya baju hangat yang lebih rebel, namun tetap konsisten denganfairly formal looks.

Salah kaprah dengan stigma jika memakai sweater atau kardigan dianggap seperti orang yang sedang terserang influenza. Lebih baik mencegah dari pada mengobati bukan? Pemakaian sweater juga bukan milik orang-orang yang selalu ingin tampil bergaya preppy, tapi justru sweater dapat mengupgrade tampilan seseorang menjadi lebih formal jika tidak ingin menggunakan blazer atau jas. Cuaca akhir-akhir memang sukar diprediksi, dan inilah saat sweater menjadi sahabat terbaik untuk menghangatkan tubuh.

Jangan memaksakan diri untuk mengenakan jaket kulit yang teramat tebal karena di Indonesia turun salju pun tidak. Banyak pilihan jenis sweater, kardigan, atau jumper yang sesuai dengan kebutuhan. Sweaterberbahan cashmere adalah jenis bahan yang paling laku karena bahannya yang lembut dan sangat nyaman untuk dikenakan. Selain itu, sweater berbahan cashmere cocok untuk digunakan oleh pria karena biasanyacashmere sweater hadir dengan warna-warna pastel sehingga netral dipasangkan dengan pakaian lainnya.

Hermès masih setia dengan pemilihan warna-warna lugas untuk koleksi baju hangat pria musim dingin atau penghujan saat ini. Véronique Nichanian sang desainer rumah mode ternama asal Prancis tersebut nampaknya konsisten dengan tampilan pria yang atraktif, namun tetap kalem tanpa banyak detail yang terkadang justru menurunkan derajat maskulinitas seorang pria. Hanya detail garis berkancing pada pundak yang dapat menambah volume bidang dada seorang pria.

Sweater bergradasi juga menjadi suguhan tersendiri dari Raf Simons yang turut melengkapi keluaran koleksi baju hangatnya musim ini. Ia nampaknya tidak hanyut dalam nuansa Natal yang sepertinya baku berwarna merah dan hijau. Raf Simons hanya mengguratkan warna-warna gloomy yang cocok dengan cuaca penghujung tahun - selalu berawan, hujan, dan dingin.

Banyak varian jenis sweater yang menjadi pilihan untuk menambah daya tarik tampilan Anda. Semuanya bukan atas nama mode, melainkan kebutuhan untuk melindungi tubuh dari cuaca yang tidak menentu. Masalah ingin tampil preppy atau drowsy looks itu urusan belakangan. Satu yang merupakan kepastian, hindari gaya berpakaian winter obsession di Indonesia, karena salah-salah Anda bisa dehidrasi. Watch out, fellas!