Frank de Boer akhirnya menemui jalan akhir bersama Inter Milan usai kursinya memang terus panas belakangan ini. Tak sampai tiga bulan mengawali musim bersama Internazionale Milano, de Boer akhirnya benar-benar dipecat.

Pengumuman ini mengejutkan karena de Boer berkali-kali disebut masih aman-aman saja menjadi arsitek La Beneamata. Nyatanya, gencarnya berita pemecatan dirinya akhirnya jadi kenyataan.

Pengganti Roberto Mancini itu sudah menyatakan bahwa dirinya menyayangkan keputusan klub. de Boer harus merasakan keganasan tim dan kompetisi Serie A yang tak menjamin pelatihnya bisa aman-aman saja.


Tapi sang meneer menghormati keputusan klub. "Sayang sekali berakhir seperti ini. Proyek ini butuh waktu lebih panjang untuk dijalankan. Saya ingin berterima kasih kepada semua pihak untuk dukungan yang telah kalian berikan selama bulan-bulan ini," ungkapnya di Twitter pribadinya.

Eks manajer Ajax Amsterdam ini memang terlihat agak sulit padu dalam tubuh Inter. Ia meninggalkan tim saat Mauro Icardi Cs masih labil dan carut-marut. 

Bahkan Nerazzurri masih bertengger di posisi 12 klasemen sementara, habitat yang bukan seharusnya Inter tempati. Sang saudara kembar, Ronald de Boer menyebut saudaranya itu menemui banyak kendala di Giuseppe Meazza.

"Skuat Inter berisi dari 29 pemain dengan rata-rata usia 27 tahun. Mereka adalah pesepakbola yang sudah punya jejak top dan Anda harus membuat mereka tetap bahagia," ujar Ron dilansir Football Italia.

Dari pernyataan Ron, jelas bahwa de Boer yang merupakan seorang pelatih muda belum bisa memadukan keharmonisan untuk awak timnya. de Boer sempat bermasalah dengan Eder dan Kondogbia belakangan ini.

Beberapa pemain seperti kurang memberi respek kepada allenatore mereka. "Sebagian besar dari mereka adalah pemain internasional untuk negara mereka dan bergaji tinggi. Ukuran skuat punya dampak besar untuk saudara saya," jelasnya.

Soal keganasan Serie A terhadap pelatih memang sudah tenar ke jagat raya. Hampir kompetisi besar memang punya tekanan lebih besar.

Tapi adakah tim yang berganti pelatih seperti Palermo puluhan kali dalam semusim di liga lain? Itu adalah contoh kecil dari kejamnya kompetisi di Tanah Italia.
banner-ads