‘Football player with no haters’ adalah julukan yang mewah untuk pemain top di dunia sepak bola. Soalnya, ketika seseorang mencapai level tertinggi, akan ada kebencian yang muncul dari tim rival tempat pemain tersebut berkarir. Salah satu pemain bola yang menyandang julukan tersebut adalah seorang gelandang Prancis bertubuh mungil N’Golo Kante. Jadi sosok yang terlihat murah senyum dan gak arogan emang bikin gak ada yang benci pada dirinya.

Tapi jangan salah, dibalik senyuman tersebut ada performa yang sangat ganas. Lo bakal merasa Kante ada di mana-mana saat menyaksikan pertandingan karena pergerakannya yang luar biasa saat bermain.

Kante juga bisa dibilang adalah salah satu pesepak bola yang mengalami masa ajaib dalam karir selama dekade 2010an. Dirinya bergerak begitu cepat dari kasta ketiga sepak bola Prancis sampai jadi juara Liga Inggris. Namun, bukan berarti dirinya tanpa perjuangan dalam menempuh karir.

Sebelum memulai sepak bola juniornya di klub lokal Prancis, JS Suresnes, Kante adalah seorang pemungut rongsokan yang terbiasa berjalan jauh di sekitar kota Paris. Mungkin ini juga yang membuat dirinya punya kekuatan fisik yang luar biasa. Ketika bergabung dengan JS Suresnes pun, Kante adalah pemain paling mungil di antara pemain junior lain.

Meski begitu, pelatihnya saat itu menilai bahwa Kante adalah pemain paling fokus di tim dan pemain yang paling menunjukkan kerja keras.

Permainan impresif Kante sebagai gelandang bertahan bersama tim junior Boulogne dari 2010-2012 menarik perhatian pemandu bakat dari Caen yang saat itu berkutat di kasta ketiga sepak bola Prancis. Akhirnya si murah senyum bergabung dengan klub yang lebih profesional pada musim 2012-2013. Siapa sangka, kontribusi yang baik dari Kante membawa Caen langsung promosi di musim berikutnya ke kasta kedua Prancis.

Inilah momen dimana Leicester City menaruh minat pada Kante yang akhirnya membeli sang gelandang seharga 7,8 juta pounds pada akhir musim 2014-2015.

Ada cerita unik yang mengiringi bergabungnya Kante ke Leicester CIty. Saat hari pertamanya di King Power Stadium, seorang staf stadion menghampirinya. Karena postur tubuh Kante yang mungil, staf tersebut pun menghampiri Kante dan menanyakan apakah sang pemain kehilangan orang tuanya dan butuh bantuan. Hal yang tidak diketahui staf tersebut adalah yang dihampirinya merupakan pemain kunci yang bakal ikut membawa Leicester meraih gelar pertamanya sepanjang sejarah di level tertinggi Inggris.

Karirnya di Leicester adalah sebuah batu loncatan yang besar menuju level tertinggi. Di musim 2015-2016, Kante bersama Leicester menuntaskan hal yang rasanya gak mungkin dicapai saat itu. Jadi juara Premier League di tengah raksasa big 4 dengan kekayaan mereka dan belanja bursa transfer yang jor-joran. Leicester benar-benar muncul jadi tim kuda hitam yang mengejutkan banyak orang saat itu.

Bisa lo ketahui, performanya bersama Leicester City langsung membuat Kante diminati beberapa klub besar Eropa. Akhirnya walaupun baru setahun berada di King Power Stadium, Antonio Conte pun mengangkutnya ke Stamford Bridge. 

Performa menakjubkan hampir selalu ditunjukkan oleh Kante dari musim ke musim. Saat musim perdananya bersama Chelsea, gelandang Prancis ini juga langsung mengantar Chelsea jadi juara Premier League. Sebuah pembelian yang gak sia-sia dari Antonio Conte.banner-ads

Tapi mungkin level tertinggi yang pernah dicapai Kante dalam dunia sepak bola terjadi pada tahun 2018. Saat itu, bersama Chelsea dirinya berhasil lolos ke final Liga Europa dan menghadapi rival sekota, Arsenal di partai puncak. Chelsea pun berhasil jadi juara malam itu dan Kante lagi-lagi jadi sosok yang disorot karena peran pentingnya di atas lapangan.

Kesuksesannya di tahun tersebut gak berhenti di situ. Piala Dunia pun akhirnya resmi digelar di Rusia dan Kante adalah salah satu pemain yang jadi skuad inti. Perjalanan mereka hampir sempurna sepanjang kompetisi, sandungan cuma dihadapi oleh Kante dan kawan-kawan di fase grup saat seri melawan Denmark.

Tapi tentu perhatian dunia mulai benar-benar tertuju padanya saat melawan Argentina di babak 16 besar. Messi yang biasanya tak terhentikan pun gak berdaya ketika dikawal oleh Kante. Berkali-kali Kante berhasil menghadang Messi dan bahkan mematikan pergerakan sang maestro. Berkat penampilannya pada laga ini, seluruh skuad Prancis membuat chants khusus untuk dirinya.

Momen lucu terjadi ketika Prancis mengangkat trofi Piala Dunia setelah mengalahkan Kroasia di final. Ketika semua pemain secara giliran berpose dengan trofi, ada Kante yang terlihat malu-malu di belakang pemain lain. Salah satu rekannya pun melihat hal ini dan menyuruh yang lain untuk minggir dulu dan membiarkan Kante berpose dengan trofi yang diraihnya.

Momen ini lah yang membuat warganet di Indonesia muncul dengan tagar #SemuaSayangKante di berbagai media sosial. Yap, mungkin tagar itu emang menegaskan apa yang gue sebutkan sebelumnya bahwa Kante adalah ‘player with no haters’. Bahkan para fans dari rival Chelsea di Premier League gak ada yang terlihat membenci dirinya.

Momen apa nih yang paling lo ingat dari N’Golo Kante Bro? Kalau memungkinkan, apakah lo mau pemain satu ini bermain untuk tim idola lo?