Ada yang bilang, buat apa menonton sebuah balapan, toh kita tak bisa menikmati aksi setiap pembalap saat melintasi sirkuit.
Ketika menyaksikan langsung sebuah balapan, hanya beberapa detik saja kita bisa melihat para rider melintas tepat di depan kita. Secepat itu mereka melintas, hampir tak ada kesan apapun bagi penonton.
Mungkin penilaian itu yang muncul dari benak pecinta Formula One. Saat ini, ajang balap jet darat itu pun sudah mulai ditinggalkan banyak penggemarnya.
Dulu, pada era keemasan F1, tepatnya tahun 90'an, semuanya berbeda. Ketika melihat langsung ke sirkuit, ada daya magis yang muncul ketika para pembalap melintas di depan kita.
Raungan mesin V8, V10 bahkan V12 seperti sebuah nyanyian merdu buat para pecinta otomotif. Tak ada ajang lain yang bisa memperdengarkan suara seperti itu. F1 pun sangat dicintai.
Memasuki tahun 2000'an semuanya berubah. Regulasi dan berbagai hal lainnya menuntut setiap pabrikan menurunkan mesin yang lebih kecil meski masih menyisipkan turbo charger.
Tapi tetap saja, raungan mesin yang menjadi daya tarik selama ini menghilang. Tak ada lagi nyanyian merdu yang bisa kita nikmati di bangku penonton. Suara F1 yang lebih sopan itu tak bisa menimbulkan adrenalin para pecintanya.
Tak cuma penonton, para pembalap juga merasakan imbasnya. Fernando Alonso adalah salah satu yang mempertimbangkan untuk cabut dari ajang tersebut.
Dari segi mobil, F1 tak lagi kencang, tapi dari sisi persiapan para pembalap seperti tak punya waktu untuk uji coba lebih banyak.
"Saya mencintai olahraga balap, semua kategori. Benar bahwa F1 tak sama lagi, mengendarai F1 hanya beda dua sampai tiga detik dari mobil GP2," katanya.