Tiga puluh tahun yang lalu, seorang pemuda bernama James Hilton pergi naik motor dengan pamannya. Pengalaman itu tak terlupakan karena di belakangnya, sang ayah mengikuti mereka.
"Motorcycles are death machines, son," begitu kata ayahnya kepada James.
Ingat itu terbawa hingga sekarang. James sepertinya mengabaikan nasihat dari ayahnya. Sebaliknya, ia justru mengembangkan sebuah motor dan meluncurkan Death Machines Of London.
Antara cinta ayah dan kreatifitas, Moto Guzzi Le Mans membuatnya sukses luar biasa. Skema cat berkelas dengan bagian subframe bikin mata penasaran karena batang besin tubular itu dibuat telanjang.
Bawaan motor dari pabrikan memang sudah sangat berkelas. Akan tetapi, perlu ubahan agar terlihat up to date.
Pada bagian suspensi apalagi, karena letak kenyamanan sebuah motor ada pada bagian kaki-kaki itu. Sementara tangki bahan bakar dan fairing juga dibuat ulang dibangun dari fiberglass.
Warna putih pada seluruh bodinya sangat mencolok dengan bagian frame yang dibubuhi warna merah. Dengan livery seperti ini, cocok banget motor itu diberi nama Death Machines Of London.