Game Player Unknown Battlegrounds (PUBG) menuai banyak kontroversi di beberapa negara Asia, seperti India, Malaysia dan Indonesia. Padahal game tersebut merupakan salah satu game paling populer di 2019 dan juga salah satu yang paling banyak turnamennya.

Namun karena adanya teror yang terjadi di Selandia Baru, muncul isu larangan game tersebut di Indonesia yang dicetuskan oleh MUI. India justru lebih keras lagi, beberapa negara bagian mereka dengan tegas melarang game tersebut bahkan memberikan hukuman penjara bagi yang ketahuan sedang bermain game battle royal itu.



Lalu bagaimana dengan di negara asalnya, Cina? Ternyata PUBG juga menjadi perdebatan hingga akhirnya Tencent menutup game tersebut. Padahal PUBG berhasil meraih 70 juta pemain di sana dan menjadi salah satu game populer.

Bahkan Tencent sudah berhasil mengumpulkan pendapatan triliunan rupiah hingga saat ini. Tentunya dengan ditutupnya game tersebut, maka perusahaan itu akan mengalami kerugian yang besar. Namun pemerintah Cina berlaku cukup tegas sehingga tak ada tawar-menawar bagi Tencent.

Untungnya Tencent masih memiliki solusi agar tak terlalu rugi yakni dengan memindahkan puluhan juta pemainnya ke game mereka lainnya yakni Heping Jingying atau Elite Force for Peace. Dan hal itu tak ditolak ataupun dilarang oleh pemerintah karena dianggap game ini memiliki nilai patriotisme. Baik Elite Force for Peace dan PUBG sebenarnya sama, hanya bedanya tak ada efek visual berupa darah yang muncul. Dan hal itupun mendapatkan respon positif dari para gamers.

banner-ads