"Pengen makan dim sum aja susah amat!"

banner-ads

Begini biasanya komentar pengunjung yang belum paham Hongkong dan enggak bisa bahasa Kanton. Tapi bagi warga lokal, justru inilah seninya. Makan dim sum old skool memang harus sabar dan rela sikut-sikutan.

Restoran yang menyediakan dim sum sekitar jam delapan pagi sampai tiga sore ini namanya Lin Heung Teahouse. Berada di Wellington Street, Central, Hongkong Island. Kalau naik kereta MTR, turun di Sheung Wan station sambung jalan kaki.

Orang asing atau non-Hongkong yang berhasil makan dim sum di situ menyebutnya "sport dim sum" karena mesti rebutan nyari kursi dan gabung dengan tamu lain. Belum lagi kalau dim sum ke luar dari dapur dan didorong encik-encik pakai trolley. Kita mesti berlari dan sikut-sikutan demi mendapatkan dim sum. Kalau cuma duduk manis, nggak bakal kebagian deh loe!

Ini masih ditambah lagi dengan gaya para encik pendorong trolley tadi, pembersih meja sampai kasir. Kelihatan jutek dan nggak ada basa-basi. Lah gimana sempat beramah-tamah menghadapi serbuan tamu berebut dim sum dan datang bejibun nggak henti?

Tapi, sekali lagi, justru suasana itulah yang jadi andalan restoran dim sum old skool ini. Lin Heung Teahouse buka sejak tahun 1920-an, dim sum olahannya masih pakai resep Kanton jadul, seperti Chinese sausages roll dan siau mai ditutup irisan ati ayam yang susah dicari di seantero Hongkong Island. Tambahan lagi, suasananya otentik, termasuk masih pakai dorongan alias trolley, wadah bambu serta pramusaji paruh baya.

Selain dua menu dim sum tadi, pilihan lain juga melimpah, seperti hakau atau har gau udang, aneka bapao mini kukus atau goreng isi asin dan manis, babi panggang sayat tipis, ceker ayam, lumpia kembang tahu, luo ba go atau turnip cake dan masih banyak lagi.

Rasanya nyam nyam. Dengan catatan: loe sukses ngedapetinnya setelah sikut-sikutan!