Bahannya ekstrem, tapi cara memasaknya bisa dibilang normal, bahkan tradisional. Tak seseram kelihatannya, rasanya lezat lo.

banner-ads

Beberapa traveller kadang membuat daftar khusus saat berkunjung ke suatu tempat: mencoba hidangan lokal, bahkan kalau ingin lebih "main-main" lagi: mencoba kuliner ekstrem.Sebenarnya, yang dimaksud dengan ekstrem dalam hal ini ya bahannya sendiri. Soal memasaknya, masih normal bahkan tradisional. Tapi persiapan bahan bisa jadi ekstrem pula.

Loe bisa mendeskripsikan pilihan ekstrem ini memenuhi kaidah peri-kesatwaan, etis atau enggak, menjijikkan atau bisa dikomsumsi dan seterusnya.Setiap destinasi, memiliki makanan khas sampai ekstrem, yang bisa jadi belum dikenal atau tidak dipunyai tempat lain. Itu menjadi salah satu faktor mengapa sebuah bentuk hidangan bisa mendapat sebutan ekstrem pula. Indonesa, termasuk salah satu negara yang kaya dengan hidangan penguji nyali ini.

1. Paniki

Makanan khas dari Manado, Sulawesi Utara, adalah olahan dari daging kelelawar. Di sana makanan ini banyak disajikan di berbagai warung dan restoran. Paniki atau daging kelelawar disajikan dalam aneka masakan, goreng, bakar atau dimasak dengn santan dengan bumbu aneka rempah. Dan tentu saja, khas masakan Manado, pedas.

2. Sate dan keripik bekicot.

Pertama kali booming di Kediri, lahir dari kesigapan petani mengurangi keberadaan hama di sawah. Bekicot ditangkapi, direndam kapur sirih untuk menghilangkan lendir dan zat racun sebelum diolah.

3. Gulai torpedo.

Cukup mudah dijumpai di kedai-kedai gulai di Tanah Air. Bahan utamanya tidak lain adalah testikel dari domba dan sapi. Konon meningkatkan hasrat seksual, tetapi yang jelas adalah sarat lemak.

4. Botok larva lebah.

Merupakan by-product dari peternakan lebah setelah panen madu. Sarang tawon atau rumah lebah dipetik, diambil madunya serta lilin, lalu sarang dibersihkan, dimasak dengan cara dibotok, lengkap bersama larvanya.

5. Ulat sagu mentah atau panggang.

Juga merupakan by-product usai panen sagu. Banyak dijumpai di daerah Maluku dan Papua, tidak jarang diadakan ritual sebelum menetak atau membelah pokok sagu. Ulat-ulat gemuk berwarna putih dihidangkan begitu saja atau dipanggang mirip sate dengan ditusuk lidi.

6. Goreng belalang

Banyak dijumpai di daerah Gunung Kidul, insekta yang juga terhitung hama ini ditangkapi lantas diolah dengan cara digoreng kering. Alternatifnya disajikan dengan cara dibakar.

7. Cacing Nyale

Cacing nyale diyakini sebagai penjelmaan Putri Mandalika. Cacing ini muncul setiap tanggal 20 bulan 10 Penanggalan Sasak. Saat cacing ini muncul ribuan warga memburunya dalam Festival Bau Nyale, di pantai Seger, Desa Kuta, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Cacing yang diyakini mengandung protein tinggi ini bisa dimasak jadi sayur atau disangrai. Bisa juga dimakan mentah-mentah dengan campuran daun kemangi atau perasan jeruk purut, disebut Bokosawu Nyale.