Kalau Lo berkunjung Museum Fatahillah yang berada di kawasan Kota Tua, Jakarta, Lo pasti bakal menemukan satu meriam besar yang memiliki panggilan Si Jagur di halaman depan museum.

banner-ads

Kehadiran meriam itu selalu menarik perhatian orang-orang yang datang karena ukuran si Jagur tak seperti meriam-meriam yang ada. Besar si Jagur tiga sampai empat kali lipat dari meriam biasa.


Foto : istimewa

Baca Juga: 5 Ide Tren Exer-dating, Pacaran yang Bikin Sehat

Meriam Si Jagur dibuat oleh orang Portugis bernama Manoel Tavares Baccaro di Macau, China. Meriam raksasa ini terbuat dari peleburan 16 meriam menjadi satu. Di Macau, meriam ini ditempatkan di benteng St. Jago de Barra. Karena itu akhirnya mendapat julukan Si Jagur.

Kemudian oleh Portugis merium dibawa ke Malaka. Nah, saat Malaka direbut Belanda, Si Jagur dibawa ke Batavia pada tahun 1641 untuk memperkuat pertahanan kota.

Namun, kalau dilihat lebih detail, Si Jagur memiliki hiasan berbentuk jari jempol yang dilipat pada bagian jari telunjuk dan jari tengah. Banyak orang yang mengartikannya ke arah negatif dan cenderung porno.

Padahal artinya tidak seperti itu, Bangsa Portugis menyebut lambang tersebut dengan “mano in figa”. Maksudnya, lambang tersebut bermakna kepercayaan dan kesuburan. Ia juga berarti sebuah ejekan untuk bangsa Belanda yang merupakan musuh Portugis saat itu.


Foto : istimewa

Baca Juga: Mau LDR Tetep Langgeng Kayak Enzy Storia? Lakuin 5 Hal Ini!

Sementara, di buku sejarah di museum dan booklet milik Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua Jakarta, mencatat kesaksian bahwa para penyentuh simbol meriam. Bagi mereka yang mandul, mempercayainya akan segera dikarunia keturunan.

Namun, menurut catatan lain, lambang jari dilipat tersebut disebut "fico" dalam bahasa Portugis yang berarti "good luck" atau "semoga beruntung".

Tapi apapun artinya, yang pasti Si Jagur adalah bagian dari sejarah Indonesia dan tidak memiliki makna yang negatif.

So, jangan salah paham dengan Sejarah Meriam Si Jagur yang memiliki hiasan jari jempol dilipat. Bagaimanapun Si Jagur adalah bagian dari sejarah Indonesia dan tidak memiliki makna yang negatif. Kita harus melihatnya dengan sikap bijak dan menghargai warisan sejarah dengan pemahaman yang lebih luas.