Enggak bisa dipungkirin yang namanya musik rap dan hip hop itu sangat digemari saat ini. Orang-orang sekarang ngedengerin musik rap Amerika macam Dr.Dre dan 50 Cent, mulai dari meraka yang tinggal di Cina sampai Mozambique, sampai-sampai beberapa kritikus mulai khawatir akan adanya homogenisasi dimana musik hip hop bakalan ngambil alih musik lokal dan tradisional. Tapi sebenernya ketakutan ini enggak beralasan juga, karena yang terjadi adalah bukannya seorang anak Cina ngedengrin hip hopnya Eminem, tapi lebih kepada melakukan hip hop dan rap versi mereka sendiri. Banyak musisi di berbagai negara yang menciptakan rap versi mereka sendiri dan beberapa rapper lokal punya charts yang lebih tinggi dibanding rapper asing di negaranya masing-masing. Banyak musisi beranggapan musik rap adalah medium yang tepat untuk menyalurkan aspirasi dan protes mereka akan keadaan sekitar. Sebut saja film dokumenter 'Little Prince's Rap Against the Wicked Souls' yang memperlihatkan rapper lokal di Brazil sedang melakukan protes. Beberapa kritik menyebutkan bahwa musik hip hop dan rap merefleksikan budaya dan sejarah African-American, sehingga saat bangsa lain menyanyikannya maka telah terjadi penjajahan, homogenisasi atau Amerikanisasi. Banyak juga yang beranggapan hip hop dan rap hanyalah jenis musik biasa yang bisa diterima dan bisa dilokalisasikan ke budaya masing-masing. Pada intinya, bisa kita lihat bahwa budaya tidak pernah statis. Budaya selalu dinamis dan menciptakan bentuk dan ide baru. Rap sendiri merupakan campuran dari banyak akar musik, terutama dari Afrika. Ini juga mungkin yang bisa menjelaskan mengapa musik rap mudah diserap oleh tradisi musik Afrika lainnya di seluruh dunia seperti rock dan samba. Sumberfoto : wallpapersbase.combanner-ads