Merdeka.com --- Selama berpuluh-puluh tahun, penelitian membuktikan jika sampah-sampah manusia mengalir menuju lautan dan samudera di dunia. Bahkan, seluruh sampah tersebut mampu membentuk sebuah pulau, namun penelitian terbaru menunjukkan keanehan pada pulau sampah yang terletak di samudera Pasifik itu.

banner-ads

Berdasarkan pengamatan dari tahun 2010 hingga 2011 di beberapa kubangan sampah terbesar di samudera Pasifik, peneliti menyimpulkan jika 99 persen dari sampah yang dulunya ada di situ telah menghilang. Mereka hanya menemukan sekitar 40.000 ton sampah maksimal, The Verge (30/06).

Bukannya menggembirakan, penurunan jumlah yang drastis ini memicu kekhawatiran lain di benak ilmuwan. Kemana sampah-sampah jutaan ton itu pergi?

Salah satu hipotesis yang paling mendekati kenyataan adalah sampah-sampah itu dimakan oleh hewan-hewan yang ada di laut. Hal ini tentunya sangat berbahaya bagi kelangsungan ekosistem bawah air, mengingat tidak ada yang bisa mengetahui apa yang akan terjadi pada biota dan rantai makanan di laut.

Sampah-sampah yang mayoritas plastik itu dapat dengan mudah masuk ke sistem pencernaan ikan kerena telah terurai akibat hempasan gelombang serta efek radiasi sinar matahari.

Konsentrasi zat polutan yang tinggi dalam tubuh hewan air diperkirakan akan sangat berbahaya. Ini sama halnya dengan manusia yang terkena berbagai macam penyakit setelah berlebihan mengonsumsi bahan makanan sintesis.

Efek yang diperkirakan juga bisa muncul adalah mutasi pada tubuh ikan dan biota laut lain karena sampah telah merubah rantai makanan mereka. Oleh sebab itu, seorang ahli kelautan dari Institut Farallon di California, Peter Davison, menyatakan jika secepatnya harus dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dampak hilangnya sampah di samudera Pasifik.