Graffiti bukanlah seni kemarin sore. Salah satu bentuk urban art ini sudah banyak ditemui sejak awal era 70an. Dan di awal kelahiran graffiti juga sudah ada seniman wanita yang menggeluti bentuk seni ini, tapi dari dulu sampai sekarang, seniman wanita selalu menjadi pihak yang minoritas.   Ada asumsi yang menyatakan bahwa kualitas graffiti artist erat kaitannya dengan gender. Yang laki-laki selalu lebih skillful. Namun asumsi itu telah berhasil dimentahkan oleh para seniman wanita di scene graffiti writing. Dari tahun ke tahun, graffiti artist wanita selalu memiliki tempat tersendiri dalam sejarah seni grafiti.   Dalam mendalami seni graffiti, seringkali wanita menghadapi rintangan-rintangan yang mungkin tidak ditemui oleh pria. Waktu malam hari dan lokasi yang kurang bersahabat dalam membuat graffiti bisa merupakan resiko berbahaya bagi wanita. Selain itu, sama seperti bidang lain yang juga didominasi pria, atmosfir sosial terhadap wanita yang menggeluti bidang ini juga tidak terlalu bagus. Wanita sering kali menjadi subjek dari rumor-rumor yang tidak mengenakkan.   Singkatnya, wanita yang berjalan di bidang ini butuh usaha ekstra keras untuk dapat dihormati atas karya-karyanya. Belum lagi wanita juga mungkin saja harus menghadapi pacar posesif yang selalu menentang keterlibatan sang wanita di bidang yang graffiti yang notabene didominasi oleh pria.   Simak kisah-kisah graffiti artist wanita dari tahun ke tahun di artikal berikutnya. [rad]   Sumber foto: flickr.com, by Urban Photosbanner-ads