Merdeka.com --- Heinz Peier, pilot pesawat asing jenis Swearingen SX-300 saat ini tengah dimintai keterangan oleh TNI Angkatan Udara (sebelumnya nama pilot ditulis Hing Peir).

banner-ads

Pesawat itu sebelumnya dipaksa turun oleh TNI AU karena tidak memiliki izin terbang saat melintas di pesisir barat Sumatera.

Dari informasi yang dihimpun merdeka.com, Kamis (10/4),pesawat yang dipiloti warga negara Swiss itu hendak terbang ke Bali.

Awalnya, pesawat itu terbang dari Sri Lanka menuju Malaysia. Setelah dari Malaysia, rencananya Hing Peir ingin terbang ke Bali, Indonesia.

Menurut pengakuan Heinz, karena cuaca buruk di Samudera Hindia, ia kemudian mengalihkan rutenya menuju Sumatera. Karena tidak memiliki izin, pesawat itu mengundang kecurigaan TNI AU.

Pesawat itu langsung dihampiri dua pesawat F16 yang ketika itu sedang latihan. Pesawat F16 itu dipiloti Mayor Penerbang Bambang bersama Lettu Yusuf dan Lettu Ferry. Kebetulan pesawat yang terbang dari Iswahyudi Madiun memang sedang melakukan latihan di Medan.

Heinz juga mengaku hanya ingin jalan-jalan. Pilot lulusan Swiss Air itu rencananya setelah dari Malaysia akan terbang ke Bali untuk berlibur.

Panglima TNI Jenderal Moeldoko menilai tindakan anak buahnya sudah tepat.

Dia menganggap pengerahan dua unit jet tempur buat mengamankan pesawat kecil itu tidak berlebihan. Apalagi kejadian serupa pernah terjadi, dengan skala berbeda-beda.

Sebaliknya, aksi pengamanan tersebut membuktikan kesiapan armada udara Indonesia mengamankan wilayah. Moeldoko mengaku bangga dengan respons cepat anak buahnya. "Itu kan menunjukkan kesiagaan kita tinggi," cetusnya.