Ya, hal itu memang terjadi. Hal ini erat kaitannya terutama dengan street skating atau extreme sport yang menggunakan area publik untuk lahan bermain. Sering kali skaters, in-liners, dan bmx-ers yang bermain-main di tepat publik dianggap mengganggu, merusak properti, bahkan membahayakan orang lain.   Di Inggris, extreme sport semakin hari semakin ditolak. Bahkan sampai ada larangan bermain extreme sport di park dan yang lebih parah, polisi bisa saja menangkap orang yang meluncur dengan skate di area pejalan kaki. Hukum itu disebutkan sebagai upaya mencegah vandalisme yang dilakukan oleh para anak-anak street extreme sport.   Dari pihak anak extreme sport sendiri menyebutkan bahwa mereka sering kali disalahkan, padahal mereka merasa para skate-phobic lah yang merugikan mereka dengan memberi batasan hukum seperti ini. Padahal sebagai anak extreme sport, mereka sudah mempunyai etika sendiri untuk tidak merugikan orang lain atas permainannya.   Tapi orang yang non-extreme sport tidak tahu akan hal itu. Di dalam kepala mereka cuma ada image: extreme sport = vandalisme. Cara bagi kita para anak extreme spot untuk bisa mendapat lampu hijau dari publik adalah dengan cara membentuk image baru di kepala mereka. Begini caranya:  
  1. Skate Smart: buktikan bahwa extreme sport aman. Gunakan pelindung tubuh untuk diri sendiri dan jangan lakukan manuver yang membahayakan orang lain. Kalau ingin mencobanya, lakukan lah di tempat sepi
  2. Rangkul Bicyclist: sepeda (bukan bmx) dianggap olah raga yang aman. Sering-sering lah bermain bersama mereka agar image aman juga melekat pada extreme sport.
  3. Tampil di family day: tawarkan diri untuk tampil beratraksi di event-event bertema family.
  4. Aktif di kegiatan masyarakat: ini akan membuktikan bahwa anak-anak extreme sport bukan orang yang apatis
  5. Police yourself: patuhi semua peraturan yang ada. Jangan sampai melanggar. [rad]
  Sumber foto: wikimedia.orgbanner-ads