Ratusan pembalap melakukan perjalanan ke Peru untuk Reli Dakar. Di sana adalah salah satu acara motorsport terberat di dunia, mengingat medan off-road yang panjang dan berbahaya.banner-ads

Lokasi balapan hampir berganti setiap tahunnya dimulai pada 1979. Sejak itu juga, 19 pembalap tewas. Akibatnya, para rider sekarang harus menulis golongan darah mereka di helm, jika terjadi kecelakaan yang buruk.

Baca Juga: 9 Selebrasi Unik Pembalap MotoGP Saat Meraih Kemenangan!



Tahun lalu, ada fotografer yang ikut memotret balapan tersebut, Fabien Duhamel. Ia bercerita tentang Reli Dakar yang tersohor itu.

“Memotret di gurun selalu menjadi tantangan. Tidak ada jalan dan seorang atlet mungkin mendekati posisi kita, lalu benar-benar tersembunyi, hanya bagian atas helm yang melesat di antara dua bukit pasir,” kisahnya.

Toby Price yang jadi salah satu pembalapnya juga mengisahkan hal yang sama. Mengapa Reli Dakar mematikan? Karena ternyata para pembalap tidak tahu sekeras apa pasir yang mereka lewati dengan kecepatan tinggi.

“Setiap kilometer di pasir hampir sama dengan tiga kilometer di hardpack,” kata Toby Price, 31, pembalap Australia untuk Red Bull KTM.



“Sulit mengendalikan motor dalam kondisi seperti itu. Lo nggak pernah tahu apa yang akan terjadi di atas bukit pasir berikutnya atau seberapa padat pasir itu nantinya.”

Toby Price mengaku mengalami cedera sebelum ikut terjun balapan. Hasilnya, sepanjang tahap pergelangan tangannya terasa seperti terbakar, memaksanya untuk mengoperasikan throttle dengan satu tangan dalam beberapa kesempatan.

“Itu adalah perasaan yang tidak nyata, terutama dalam situasi seperti itu. Pembalap Reli Dakar selalu sulit, tetapi lo nggak pernah bisa menghitung diri sendiri. Segalanya bisa terjadi," ungkapnya.