Talkmen.com --- Cerita mistik dan urban legend lokal yang diangkat ke layar lebar

Beberapa film di antaranya terinspirasi oleh kisah nyata atau cerita turun-temurun kepercayaan orang Indonesia. Tanpa mengumbar erotisme, film horor ini betul-betul mengangkat daya magis yang membuat bulu roma berdiri. banner-ads

Anda penggemar film bergenre horor? Mungkin ada sebagian dari Anda yang lebih menyukai film-film horor produksi luar negeri dengan alasan tema cerita, efek, dan 'tampilan’ hantunya lebih elegan. Memang benar, beberapa film horor produksi Thailand, Korea, Jepang, dan Amerika Serikat cukup membuat tidur Anda gelisah di malam hari. Sebut saja film-film seperti The Exorcism of Emily Rose (AS), The Woman in Black (AS), Coming Soon (Thailand), Phobia (Thailand), Ju-on (Jepang), atau Death Bell (Korea). Dari segi efek, film horor produksi luar negeri memang lebih juara kualitasnya dibanding film horor lokal. Tidak heran, dalam beberapa tahun terakhir film horor produksi dalam negeri cenderung lebih menjual erotisme dibanding tema seram yang menjadi esensi film horor itu sendiri.

Itu sekarang, tapi jika kita kembali pada beberapa dekade silam, rupanya film horor produksi Indonesia justru lebih seram ceritanya. Walaupun masih minim efek dan teknik pengambilan gambar, film-film horor saat itu lebih menekankan pada alur cerita dan tema yang sifatnya esensial. Beberapa tema film itu ada yang terinspirasi dari kisah nyata atau urban legend masyarakat Indonesia yang (mungkin) waktu itu masih mempercayai klenik sebagai bagian dari budaya bangsa. Tanpa perlu bersusah payah memikirkan efek hantu yang membuat orang lari tunggang-langgang saat melihatnya, penggarapan film horor legendaris Indonesia terbilang cukup sederhana. Dari segi penampakan hantu yang dimunculkan akhirnya membuat para pecinta film horor menemukan keunikan tersendiri bahwa hantu Indonesia lebih 'mencekam’ dibanding vampir impor semacam Edward Cullen di film Twilight.

Bayi Ajaib

Film ini disutradarai oleh Tindra Rengat dan diproduksi tahun 1982. Dari segi cerita, film Bayi Ajaib ini sepertinya terinspirasi dari film The Omen yang meledak di pasaran pada akhir tahun 1970-an. Film ini dibintangi oleh sejumlah artis kawakan Indonesia seperti Muni Cader, Rizwi Ibrahim, W. D. Mochtar, Rina Hasyim, dan Wolly Sutinah. Tema cerita dalam film ini sebetulnya mudah dibaca, dimulai dari persekongkolan antara manusia dengan makhluk gaib. Saat memperebutkan kursi Lurah di suatu desa, Kosim, Dorman, dan Saleh melakukan beragam cara untuk menarik simpati warga. Hal aneh dimulai saat Dorman dengan bantuan ilmu hitam ingin merasuki janin yang ada di perut Sumi, istri Kosim. Selanjutnya, Anda bisa menebak sendiri, seperti The Omen, anak yang dilahirkan Sumi tumbuh menjadi anak yang berperilaku aneh. Warga yang mulai ketakutan pun menyebut anak itu sebagai anak titisan setan dan pemuka agama pun turun tangan.

Beranak Dalam Kubur

Dari segi judul, boleh jadi film inilah yang selalu tersebut saat membahas film-film horor klasik buatan lokal. Disutradarai Awaludin Ali Shahab, film produksi tahun 1971 ini dibintangi oleh sang legenda mistik Suzanna, Mieke Wijaya, Dicky Suprapto, Robby Hart, dan Ami Priyono. Tema cerita ini bermula dari seorang wanita psikopat yang menghabisi ibunya untuk menguasai sebuah perkebunan bernama Ciganyar. Ayah tirinya pun dibuat gila oleh ulahnya dan sang adik pun ikut dibunuh pada akhirnya. Saat hendak dimakamkan, terdengar tangisan dan lahirlah seorang bayi dari jasad yang sudah mati. Bayi itu berhasil diselamatkan, namun arwah sang ibu menjadi hantu penasaran dan meneror warga di sekitar perkebunan Ciganyar yang menjadi sumber kehancuran keluarganya.

Malam Jumat Kliwon

Oleh sebagian masyarakat Indonesia, sampai saat ini malam Jumat kliwon masi dipercaya sebagai malam yang sakral dan penuh dengan aura mistik. Itulah sebabnya, dari cerita turun-temurun saat malam Jumat kliwon tiba, akan banyak arwah penasaran bergentayangan. Misteri inilah yang kemudian diangkat menjadi sebuah film garapan sutradara Sisworo Gautama Putra tahun 1986. Film ini juga dibintangi oleh Suzanna serta Alan Nuari, Amith Abidin, Rukman Herman, dan Soendjoto Adibroto. Tema cerita berangkat dari seorang novelis yang selalu dibayang-bayangi hal menakutkan. Ia pun mengungsi ke rumah sang ayah yang jauh dari keramaian. Kejadian mencekam mulai terjadi saat penampakan wanita berambut panjang dan berbaju putih sering menampakkan diri. Ayah novelis itu pun mengakui, bahwa sosok itu adalah ibunda yang meninggal saat melahirkannya di malam Jumat kliwon.

Lukisan Berlumur Darah

Yang paling mencekam dari film ini adalah nuansa kuno di rumah angker, suara-suara menakutkan, dan alur cerita yang cukup membuat bulu kuduk berdiri. Film Lukisan Berlumur Darah dibuat tahun 1988 dan disutradarai oleh aktor kawakan Torro Margens. Dibintangi oleh Tiara Jaquelina, Yurike Prastica, Piet Pagau, dan Dharma Harun, film ini menceritakan tentang sebuah lukisan misterius yang tersimpan di sebuah rumah tua. Sebuah pembunuhan sadis pernah terjadi di situ dan mayat-mayatnya dikubur di sekitar rumah. Pasangan muda yang baru saja menikah membeli rumah itu dan tidak menyadari bahwa arwah-arwah penasaran sedang mengintai ketenangan mereka. Benar saja, hantu wanita yang dulu menempati rumah itu merasuki sebuah lukisan dan meneror kehidupan suami istri yang seharusnya hidup bahagia.

Malam Satu Suro

Di antara sekian banyak film yang diperankan Suzanna, Malam Satu Suro merupakan film horor yang cukup legendaris. Film ini dibuat tahun 1988 atas arahan sutradara Sisworo Gautama Putra. Malam Satu Suro diperankan oleh Suzanna, Fendy Effendy, Soendjoto Adibroto, dan Karen Sukarno. Ceritanya sendiri diilhami olehurband legend masyarakat Jawa, jika seseorang menikahi hantu Sundel Bolong yang berubah menjadi manusia maka dijamin ia akan kaya raya. Dalam film ini dikisahkan seorang pebisnis muda yang kaya raya terlibat perselisihan dengan rekan bisnisnya. Dengan bantuan seorang dukun, terungkap bahwa sukses yang diraihnya berasal dari sang istri yang sebetulnya adalah hantu Sundel Bolong. Alur cerita kian pelik saat anaknya turut diculik dan dibunuh, sementara istrinya kembali berubah menjadi hantu Sundel Bolong. Lupakan dulu soal bagaimana hantu bisa membunuh kawanan penculik, tapi suasana saat hantu Sundel Bolong itu menampakkan diri cukup membuat hati berdegup.

Pengabdi Setan

Film Pengabdi Setan memang diakui oleh para pecinta film horor sebagai salah satu film buatan lokal yang paling mencekam. Dari segi efek atau pengambilan gambar memang terbilang masih minim, tapi jangan main-main dengan tema ceritanya. Dibintangi oleh W. D. Mochtar, Siska Karebety, Fachrul Rozy, Ruth Pelupessy, dan Him Damsyik, film ini diproduksi tahun 1980 di bawah arahan sutradara Sisworo Gautama Putra. Ceritanya bermula saat sebuah keluarga masih berduka setelah sang ibu meninggal dunia. Anak laki-laki di keluarga itu sangat berduka atas kematian ibunya dan kemudian bertemu dengan seorang ahli nujum. Setelah diramalkan keluarganya akan hancur, ia kemudian mempelajari ilmu hitam. Rupanya ahli nujum tadi menyamar sebagai pembantu dan bekerja di rumah keluarga itu, dengan kekuatan sihir, ia mulai membunuh satu persatu kerabat terdekatnya.