Elektronik di dalam motor MotoGP kini semakin memberikan kontribusi yang lebih besar. Saat ini, teknologi tersebut begitu berperan tak cuma soal kontrol traksi dan anti-wheelie.banner-ads

Itulah pandangan kepala kru Alex Rins Jose Manuel Cazeaux. Sebelum ke Suzuki pada 2015, ia sebelumnya menjadi insinyur elektronik Ducati yang membantu rider Alex Barros, Nicky Hayden dan Cal Crutchlow.

"Ini pekerjaan yang lebih mudah karena, misalnya, motor akan balap dan ada satu mekanik dengan selembar kertas mencatat tekanan ban untuk setiap sesi. Kemudian kepala kru akan memutuskan tekanan mana yang akan dipakai untuk memulai balapan. Sekarang untuk ban, tekanan udara, suhu udara, suhu permukaan eksternal, kita memiliki banyak saluran dan ada orang untuk menganalisis semua ini," ungkapnya.



"Elektronik telah berkembang pesat, tidak hanya untuk mengontrol motor. Dulu orang tak cuma cenderung berpikir tentang kontrol traksi atau anti-wheelie, tetapi juga untuk memahami apa yang terjadi pada motor."

Saat ini perangkat elektronik itu bahkan disebut lebih berkontribusi ketimbang kontrol mesin. Sebab, hampir semua bagian kini sudah bisa dihitung dengan data.

"Bagi para insinyur, elektronik memungkinkan kami untuk memahami apa yang terjadi di dalam motor dan membuat model dan menganalisis, misalnya, jika Anda membutuhkan sasis yang lebih kaku atau sasis yang tidak terlalu kaku," tuturnya.

Tapi tentu saja, ada batasan yang telah ditetapkan oleh MotoGP untuk sistem elektronik tersebut. Aturan itu juga tak memperbolehkan pabrikan mengubah banyak hal.

"Sekarang dengan batasan regulasi, yang tidak memungkinkan kami untuk mengubah logika ECU, dalam beberapa hal kami dibatasi pada cara ECU mengontrol mesin. Ini berdampak langsung pada pengiriman tenaga, kontrol traksi dan anti-wheelie pada dasarnya," ungkap pria Argentina itu.